Urusan perut!
Di mana-mana, yang namanya urusan perut itu penting.
Coba lirik ke yang merumput di bawah pohon.
Si mbek yang di pinggir jalan.
Atau mereka yang jago meleter.
Hidup untuk makan?
Atau makan untuk hidup?
-rdt-
Tuesday, January 15, 2008
Label: Ekspresi
Monday, January 14, 2008
Loncat!
Apakah virus loncat itu ada?
Mudah menular? Menimbulkan ketagihan ?
Loncat ala tendangan maut?
Loncat sih loncat,asal jangan sampai lupa mendaratnya ya..
-rdt-
Label: Ekspresi
(Kisah Sawarna 6)
Di hari pertama tahun baru itu, kita pun berangkat pulang. Sempat muncul rasa was-was ketika menuruni tanjakan di saat datang, karena tanjakan tersebut ehm...ehm.. Ketika kita mendekati tanjakan pada, sebagian teman-teman terutama para lelaki turun dan mendaki dengan harapan si bus kuat nanjak.
Ternyata, ga kuat ei... akhirnya semua penumpang turun, berjalan dan menunggu di atas tanjakan.
Sesampai di atas tampak seorang Bapak sedang duduk beristirahat. Tak jauh darinya ada pikulan kayu yang ternyata berat tenane.
Sekilas melempar pemandangan dari tempat si Bapak duduk.
Tampak hamparan sawah di sebelah kiri.
Dan sebelah kanannya...... wuih.......pantai.
Perjalanan pulang ini betul-betul menjadi kenangan tak terlupakan, karena setelah melewati tanjakan sempat roda kiri depan si bus masuk parit. Sampai si supir kapok dan bilangnya pengin mandi bunga.
Lantas teringat akan kata seorang sesepuh beberapa waktu lalu........”Tatkala mengalami kesulitan, hadapi ! Karena itu merupakan kesempatan untuk naik kelas”
-rdt-
Label: Journey
Friday, January 04, 2008
(Kisah Sawarna 5)
Tengah malam sebelumnya, kita pada melewatkan tahun 2007 menuju 2008 di pantai Ciantir. Setelah count down teman-teman pun bermain kembang api dalam kegelapan malam. Ada teman yang asyik eksperimen dengan kameranya, ada juga yang asyik makan cemilan dan nenggak minuman.
Yang tak terlupakan adalah ketika memandang langit, tampak bintang-bintang terang yang bertaburan. Sayang kita pada nggak ngerti rasi bintang, jadi hanya bisa menikmati indahnya taburan bintang tanpa tahu nama-nama rasi bintang yang ada.
Setelah subuh kita pun kembali ke penginapan, ketika pagi tiba teman-teman pada berbenah diri, berkemas-kemas , siap-siap untuk pulang. Namun setelah sarapan , beberapa dari kami masih ingin ke Tanjung Layar, yang bagiku nggak afdhol kalau ke Sawarna tanpa ke Tanjung Layar. Tiga dari kami berangkat dengan ojek, dan lima lainnya termasuk saya memilih jalan kaki, sementara teman-teman yang lain tetap di penginapan. Ternyata lumayan juga perjalanan menyusuri pantai Ciantir sampai mencapai Tanjung Layar.
Namun segala rasa lelah sirna ketika menyaksikan Tanjung Layar dari dekat. Fiuh... gak sia-sia ei.
Kami bertemu dengan teman-teman yang naik ojek di sana, lalu teman-teman pun berfoto-foto ria. Salah satu perahu yang ada di tepi pantai pun tak luput jadi objek kecengan yang digilir satu per satu. Karena mengejar waktu pulang kita pun beranjak dari Tanjung Layar.
Teman-teman yang naik ojek berangkat duluan, dan kita pun kembali trekking kembali ke penginapan. Menyusuri pantai,sawah, rumah penduduk serta jembatan gantung. Eh.. eh...... kirain pada sudah menunggu kepulangan kita dan siap-siap berangkat ,ternyata teman-teman yang tadi tidak ikutan pada berbondong-bondong naik ojek menuju Tanjung Layar. ha..ha..ha..
Tanya kenapa? ternyata teman kita tadi yang nyampai duluan di penginapan memperlihatkan beberapa foto di Tanjung Layar, dan yang pada nggak pergi tadi pada ngiler ga nahan tuk ke sono juga.. hahaha... alhasil kami berdelapan yang sudah ke Tanjung Layar menunggu mereka .
Ketika memasuki pagar penginapan , Bapak si empunya penginapan bilang “Kalau siang, biasanya tanjung layarnya pindah!” . “Hah? Pindah ke mana Pak?” tanyaku. “Ke tanjung priuk”. Ha..ha..ha.. ternyata si Bapak bercanda. Sempat ngobrol sedikit dengan si Bapak yang pernah mendapat Upakarti dari Mantan Presiden RI yang dulu . Malam sebelumnya sempat diperlihatkan gitar listrik buatannya oleh sang istri. Gitar listrik yang kabarnya dibuat dari pohon kelapa .
Beliau menuturkan bahwa dia hanya mengerjakan gitar-gitar pesanan perorangan saja, kalau pesanan toko dia nggak terima. Dan pekerja-pekerja nya saat ini pada sibuk ngerjain proyek bangunan, bikin sekolah dan lain-lain. Menarik juga si Bapak, belum sempat ngobrol lebih banyak tapi sempat tahu kalau selain bisa bikin gitar listrik ,benahin gitar klasik, beliau juga bisa bikin kecapi. Senyumnya menebar di balik penampilannya yang sederhana.
Sama sekali tidak ada papan nama, atau informasi di sana yang menunjukkan beliau itu bisa membuat gitar. Tidak diketahui memang sengaja tidak ada atau belum ada. Namun kalau beliau dikenal dari mulut ke mulut, hehe... rasanya kualitas ciptaannya kemungkinan besar adalah tinggi.
Lantas setelah packing dan duduk beberapa saat, kembali juga teman-teman. Tak lama kemudian kita pun beranjak dari penginapan.
-rdt-
Label: Journey
Thursday, January 03, 2008
(Kisah Sawarna 4)
Walau masih belepotan lumpur, perjalanan dilanjutkan ke Pantai Ciantir.
Berjalan melewati jembatan gantung yang goyang sana sini, hehe.. Dan menyusuri perumahan penduduk.
Sampai di Ciantir,terasa terpaan angin pantai yang membelai dengan lembut.
Ombak di sini lumayan besar, terutama di bulan Maret-April kabarnya sering didatangi oleh turis dari luar negeri untuk surfing.
Tampak teman-teman sedang menikmati pantai Ciantir dengan cara masing-masing.
Di Sawarna ini saya ingat ada kata-kata unik dari Joger (Pabrik kata-kata) di baju salah satu teman. Yang kurang lebih isinya :
Dan Bali tetap menjadi Bali.
Biarkan lah Kamu tetap menjadi Kamu.
Tapi tolong biarkanlah aku untuk menjadi aku.
-rdt-
Label: Journey
(Kisah Sawarna 3)
Setelah melewati jalur menurun yang terjal dan berkelok, sampailah di desa Sawarna.
Kita pun bersiap-siap untuk nge-goa alias caving. Goa yang menjadi tujuan adalah goa lalay. Kenapa disebut lalay? Konon kabarnya itu artinya kelelawar, dan di goa itu banyak lalay-nya alias kelelawar.
Sepanjang perjalanan sempat ngobrol dengan guide yang menemani untuk caving. Dia bercerita banyak bahkan tentang desa Sawarna di dahulu kala. Ada cerita tentang romusha sampai tambang batu bara.
Setelah berjalan menyusuri sawah dan sungai di Sawarna, sampailah lokasi goa di kaki gunung. Kami pun menyusuri goa sambil melihat stalaktit , stalakmit. Saya lirik sana-sini namun tidak menemukan ornamen seperti yang pernah ditemukan di goa buniayu.
Berjalan menyusuri air yang kira-kira setengah lutut.
Di beberapa spot tampak banyak kelelawar yang bergelantungan, namun ketik tersorot sinar lampu senter pada ngacir.
Sampai di lokasi ini si guide cerita kalau ada komodo, ternyata yang dimaksud ada batu yang menyerupai komodo di sana.
Di beberapa tempat ada beberapa batu yang warnanya agak putih.
Ketika sedang menuju keluar dan hampir mencapai sinar dari , si guide menanyakan apakah mau coba menaiki goa kecil di atas dinding? Namun mesti memanjat dulu yang cukup tinggi juga. Akhirnya saya pun coba memanjat , ternyata bisa. Ketika berdua bersama guide di atas, beberapa teman pun ikutan. Kita menyusuri goa kecil itu sebelum mengakhiri caving di goa lalay di hari itu.
Yang mengasyikkan saat caving yakni pasti berlepotan lumpur hehehe.... Yang pasti dalam caving kali ini eek-nya kelelawar tak terhindarkan.
Di Sawarna ada goa lauk juga, lauk yang artinya ikan kata si guide. Namun dalam kesempatan ini kita tidak mendatangi goa yang satu itu.
Dalam obrolan, si guide sempat tanya-tanya tentang caving di buniayu. Dia sempat cerita tentang kesulitan mereka dalam peralatan , dan sebenarnya masih banyak lorong yang belum terjamah dalam goa itu. Sempat bertanya ke si guide apakah pernah diajukan ke pemerintah setempat, dia menjawab sudah, namun belum ada tanggapan.
Setelah keluar dari mulut goa, kami pun menyusuri sawah kembali ke arah penginapan untuk agenda berikutnya.
Kembali melewati hamparan sawah yang menghijau, mata pun jadi segar dan rileks .
Sekujur tubuh kotor belepotan lumpur dan eek keleawar, hehe..
Tapi ya jangan nge-goa kalau takut kotor. hi..hi..hi..
No pain, No gain.
-rdt-
Label: Journey
(Kisah Sawarna 2)
Perjalanan pun dilanjutkan dari Carita, karena hari mulai gelap, perut juga berontak lagi. Maka diputuskan untuk singgah di Malingping. Turun di Malingping kami pun berpencar mencari makanan yang sesuai dengan selera. Saya dan beberapa teman nongkrong di tenda nasi goreng tek-tek.
Ketika sedang makan di depan gerobak, tiba-tiba breet! Listrik di Malingping padam. Ha..ha.. kontan kita ketawa bersama karena ga keliatan tuk nyendok, bahkan sempat ingin kabur tanpa bayar..ha..ha..ha..
Karena medan menuju Sawarna kabarnya agak susah terutama di kala gelap, kita pun nginap terlebih dahulu di Malingping.Gerimis turun ketika kita sampai di penginapan yang konon katanya di depannya itu pantai, namun saat itu sudah gelap jadi tidak kelihatan apa-apa.
Subuh keesokan harinya, ketika sedang lelap tertidur terdengar hujan turun dengan derasnya. Spontan terbangun sebentar lantaran terpikir akan banjir, namun baru ingat kalau sedang tidak di Jakarta.
Ketika pagi tiba, hujan reda aku melangkah keluar penginapan untuk mencari pantai yang dibilang di depan hotel. Ternyata memang benar ada di depan hotel.
Pantai Bagedur, begitu namanya. Pantai yang masih sepi di pagi hari itu.
Iseng-iseng menyusuri pantai di pagi itu. Sambil memandang ke sekeliling.
Sempat muncul rasa heran ketika melihat gulungan ombak dari kejauhan, karena tampak seperti ada sesuatu di atas pasir setelah ombak menyapu pantai.
Namun ketika dihampiri , ada yang bergerak-gerak membenamkan diri ke dalam pasir.
Eh... ternyata itu sejenis kepiting-kepiting kecil yang bertaburan di tepi pantai.
He..he.. Si kepiting malu?
Si kepiting main petak umpet?
Si kepiting olah raga?
ah... mungkin juga itu hanya rutinitas-nya sehari-hari.
Hi..hi..hi...
Apakah bijak berasumsi hanya dalam satu sudut pandang?
Apalagi kalau belum mengerti bahasa kepiting.
-rdt-
Label: Journey
(Kisah Sawarna 1)
Perjalanan menuju desa Sawarna dimulai dari Sarinah.
Ternyata dalam perjalanan ada beberapa kendala, sehingga mesti singgah di Carita.
Sambil menunggu penyelesaian kendala, kami pun mengisi perut.
Sebagian dari kami nongkrong di warung , sebagian juga duduk di tepi pantai .
Sempat kami dilarang oleh satpam pengelola hunian di tepi pantai untuk masuk lewat pintu mereka. Tapi seperti biasa, bisa aja dinego dan akhirnya masuk tanpa biaya.
Di Carita pantainya pasang lumayan tinggi. Ketika duduk kami pun dihampiri oleh para pedagang dan tukang pijit.
Mas, tattonya mas... temporary..!, satu per satu yang duduk pun menggeleng.
Tak lama kemudian lewat tukang suvernir yang menawarkan kepiting hiasan warna orange. Setelah si pedagang berlalu kita pun saling berhadapan, ternyata pada jadi ngiler kepiting saos padang atau asam manis. Haha..
Lalu lewat seseorang dan menjulurkan telapak tangannya menawarkan udang segar. Berlalu juga tanpa hasil.
Dipijit mas, biar enak ga pegel-pegel ! Hehe.... masih belum ada juga yang bergeming untuk transaksi.
Lantas lewat seorang Ibu yang sudah tua. Dek...pisangnya.... 4 ribu borong semua!
Akhirnya diborong juga tuh pisang.
Karena kebelet, akhirnya kami pun ke sana sini mencari toilet.
Meninggalkan pantai Carita, menuju lokasi bus yang sedang diperbaiki.
Tampak dari kejauhan ada sesuatu yang menggoda. Lantas beberapa dari kami pun mendekati lokasi.
Ada kawanan ternak yang sedang merumput di bawah pohon.
Pemandangan yang sederhana, namun sanggup membisikkan makna .
"Kesederhanaan dalam menjalani hidup, yang dengan tekun menghadapi tuntutan perut."
-rdt-
Label: Journey
Wednesday, January 02, 2008
Sebuah ajakan yang terlalu menggoda untuk dilewatkan di penghujung tahun 2007 ini. Setelah ditimbang-timbang, dipikir-pikir, akhirnya memutuskan untuk ikut dalam perjalanan ke Desa Sawarna demi mengikis rasa penasaran.
Menuju Sawarna melihat banyak hamparan sawah. Sawah yang di sepanjang perjalanan serta sawah di tepi pantai .
Tak ketinggalan juga kesempatan untuk caving. Menyusuri goa alami di desa Sawarna.
Serta pantai-pantai, salah satunya pantai Ciantir dengan pesona tanjung layar.
Perjalanan masuk desa yang menjadi harapan untuk cuci mata.
Akan pemandangan alam yang masih bersih dan bebas polusi.
Kenangan di sepanjang jalan bersemi satu per satu .
Yang kan mekar menjadi butir-butir renungan.
-rdt-
Label: Journey