Thursday, January 03, 2008



(Kisah Sawarna 3)
Setelah melewati jalur menurun yang terjal dan berkelok, sampailah di desa Sawarna.

Kita pun bersiap-siap untuk nge-goa alias caving. Goa yang menjadi tujuan adalah goa lalay. Kenapa disebut lalay? Konon kabarnya itu artinya kelelawar, dan di goa itu banyak lalay-nya alias kelelawar.

Sepanjang perjalanan sempat ngobrol dengan guide yang menemani untuk caving. Dia bercerita banyak bahkan tentang desa Sawarna di dahulu kala. Ada cerita tentang romusha sampai tambang batu bara.



Setelah berjalan menyusuri sawah dan sungai di Sawarna, sampailah lokasi goa di kaki gunung. Kami pun menyusuri goa sambil melihat stalaktit , stalakmit. Saya lirik sana-sini namun tidak menemukan ornamen seperti yang pernah ditemukan di goa buniayu.



Berjalan menyusuri air yang kira-kira setengah lutut.



Di beberapa spot tampak banyak kelelawar yang bergelantungan, namun ketik tersorot sinar lampu senter pada ngacir.




Sampai di lokasi ini si guide cerita kalau ada komodo, ternyata yang dimaksud ada batu yang menyerupai komodo di sana.




Di beberapa tempat ada beberapa batu yang warnanya agak putih.





Ketika sedang menuju keluar dan hampir mencapai sinar dari , si guide menanyakan apakah mau coba menaiki goa kecil di atas dinding? Namun mesti memanjat dulu yang cukup tinggi juga. Akhirnya saya pun coba memanjat , ternyata bisa. Ketika berdua bersama guide di atas, beberapa teman pun ikutan. Kita menyusuri goa kecil itu sebelum mengakhiri caving di goa lalay di hari itu.




Yang mengasyikkan saat caving yakni pasti berlepotan lumpur hehehe.... Yang pasti dalam caving kali ini eek-nya kelelawar tak terhindarkan.

Di Sawarna ada goa lauk juga, lauk yang artinya ikan kata si guide. Namun dalam kesempatan ini kita tidak mendatangi goa yang satu itu.

Dalam obrolan, si guide sempat tanya-tanya tentang caving di buniayu. Dia sempat cerita tentang kesulitan mereka dalam peralatan , dan sebenarnya masih banyak lorong yang belum terjamah dalam goa itu. Sempat bertanya ke si guide apakah pernah diajukan ke pemerintah setempat, dia menjawab sudah, namun belum ada tanggapan.

Setelah keluar dari mulut goa, kami pun menyusuri sawah kembali ke arah penginapan untuk agenda berikutnya.






Kembali melewati hamparan sawah yang menghijau, mata pun jadi segar dan rileks .

Sekujur tubuh kotor belepotan lumpur dan eek keleawar, hehe..
Tapi ya jangan nge-goa kalau takut kotor. hi..hi..hi..
No pain, No gain.


-rdt-

No comments: