Friday, January 04, 2008




(Kisah Sawarna 5)
Tengah malam sebelumnya, kita pada melewatkan tahun 2007 menuju 2008 di pantai Ciantir. Setelah count down teman-teman pun bermain kembang api dalam kegelapan malam. Ada teman yang asyik eksperimen dengan kameranya, ada juga yang asyik makan cemilan dan nenggak minuman.

Yang tak terlupakan adalah ketika memandang langit, tampak bintang-bintang terang yang bertaburan. Sayang kita pada nggak ngerti rasi bintang, jadi hanya bisa menikmati indahnya taburan bintang tanpa tahu nama-nama rasi bintang yang ada.

Setelah subuh kita pun kembali ke penginapan, ketika pagi tiba teman-teman pada berbenah diri, berkemas-kemas , siap-siap untuk pulang. Namun setelah sarapan , beberapa dari kami masih ingin ke Tanjung Layar, yang bagiku nggak afdhol kalau ke Sawarna tanpa ke Tanjung Layar. Tiga dari kami berangkat dengan ojek, dan lima lainnya termasuk saya memilih jalan kaki, sementara teman-teman yang lain tetap di penginapan. Ternyata lumayan juga perjalanan menyusuri pantai Ciantir sampai mencapai Tanjung Layar.



Namun segala rasa lelah sirna ketika menyaksikan Tanjung Layar dari dekat. Fiuh... gak sia-sia ei.



Kami bertemu dengan teman-teman yang naik ojek di sana, lalu teman-teman pun berfoto-foto ria. Salah satu perahu yang ada di tepi pantai pun tak luput jadi objek kecengan yang digilir satu per satu. Karena mengejar waktu pulang kita pun beranjak dari Tanjung Layar.

Teman-teman yang naik ojek berangkat duluan, dan kita pun kembali trekking kembali ke penginapan. Menyusuri pantai,sawah, rumah penduduk serta jembatan gantung. Eh.. eh...... kirain pada sudah menunggu kepulangan kita dan siap-siap berangkat ,ternyata teman-teman yang tadi tidak ikutan pada berbondong-bondong naik ojek menuju Tanjung Layar. ha..ha..ha..

Tanya kenapa? ternyata teman kita tadi yang nyampai duluan di penginapan memperlihatkan beberapa foto di Tanjung Layar, dan yang pada nggak pergi tadi pada ngiler ga nahan tuk ke sono juga.. hahaha... alhasil kami berdelapan yang sudah ke Tanjung Layar menunggu mereka .

Ketika memasuki pagar penginapan , Bapak si empunya penginapan bilang “Kalau siang, biasanya tanjung layarnya pindah!” . “Hah? Pindah ke mana Pak?” tanyaku. “Ke tanjung priuk”. Ha..ha..ha.. ternyata si Bapak bercanda. Sempat ngobrol sedikit dengan si Bapak yang pernah mendapat Upakarti dari Mantan Presiden RI yang dulu . Malam sebelumnya sempat diperlihatkan gitar listrik buatannya oleh sang istri. Gitar listrik yang kabarnya dibuat dari pohon kelapa .

Beliau menuturkan bahwa dia hanya mengerjakan gitar-gitar pesanan perorangan saja, kalau pesanan toko dia nggak terima. Dan pekerja-pekerja nya saat ini pada sibuk ngerjain proyek bangunan, bikin sekolah dan lain-lain. Menarik juga si Bapak, belum sempat ngobrol lebih banyak tapi sempat tahu kalau selain bisa bikin gitar listrik ,benahin gitar klasik, beliau juga bisa bikin kecapi. Senyumnya menebar di balik penampilannya yang sederhana.

Sama sekali tidak ada papan nama, atau informasi di sana yang menunjukkan beliau itu bisa membuat gitar. Tidak diketahui memang sengaja tidak ada atau belum ada. Namun kalau beliau dikenal dari mulut ke mulut, hehe... rasanya kualitas ciptaannya kemungkinan besar adalah tinggi.

Lantas setelah packing dan duduk beberapa saat, kembali juga teman-teman. Tak lama kemudian kita pun beranjak dari penginapan.


-rdt-

3 comments:

nie said...

wah tanjung layarnya indah :)

Anonymous said...

Whew...udah diblog duluan ama lo Dus...gw mau buat entry-nya...hehhe

Anonymous said...

@nie : hehe klo ad kesempatan coba deh ke sono.

@RK : wekekeke..monggo silahkan...hihi...